Pemulihan jaringan BTS di Aceh Tamiang menjadi tanda awal kembalinya aktivitas warga pascabencana banjir dan longsor.
Saat jaringan kembali aktif, warga bisa menghubungi keluarga dan kembali beraktivitas, serta penyaluran bantuan lebih lancar.
Bagi Fariani, ibu rumah tangga di Aceh Tamiang, kembalinya sinyal menjadi perubahan paling nyata setelah bencana.
Ia kembali bisa berkomunikasi dan mengetahui kondisi di luar wilayah terdampak.
"Alhamdulillah, senang sekali ada sinyal begini bisa menghubungi keluarga, anak yang jauh-jauh. Tadinya seperti orang bingung, mau kemana-mana enggak tahu. Jadi alhamdulillah sekali," ungkap Fariani kepada Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid di Aceh Tamiang, Minggu (28/12/2025).
Fariani berharap kualitas jaringan terus dijaga agar komunikasi warga tetap stabil.
"Harapannya ke depannya lebih baik, bisa kontinu diperbaiki sinyalnya," ujarnya.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan pemulihan jaringan telekomunikasi sejalan dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk memulihkan layanan publik dan jaringan telekomunikasi di wilayah terdampak hingga akhir 2025.
"Tugas kami memastikan koneksi internet dan seluler kembali pulih. Karena itu, hari ini kami bersama mitra hadir untuk memastikan bahwa tugas kita masing-masing bisa berjalan maksimal. Pulih sebelum tahun berganti," tegas Meutya Hafid.
Menkomdigi bersama perwakilan operator seluler dari Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XLSmart juga meninjau langsung ke menara (site) BTS terdampak untuk memastikan pemulihan terus berlangsung di lapangan.
Meutya mengapresiasi perkembangan pemulihan telekomunikasi di Aceh Tamiang yang dampaknya langsung dirasakan warga.
"Tadi kami melihat warga juga sudah bisa video call, sudah bisa menikmati membaca-baca berita karena informasi menjadi penting juga dalam pemulihan bencana. Jadi mudah-mudahan jaringan seluler bisa stabil terus sampai tahun depan dan seterusnya," ungkap Meutya.
Bagi warga Aceh Tamiang, pulihnya BTS bukan sekadar soal tersedianya sarana komunikasi, melainkan juga menjadi penanda awal pemulihan kehidupan setelah bencana.